Awas Hidung Unta

AWAS HIDUNG UNTA

AWAS HIDUNG UNTA“Jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu. Ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” Kej 4:7

Orang Arab mempunyai suatu pepatah: Awas , hati-hati dengan hidung unta!” Mengapa demikian? Apakah hidung unta berbahaya? Beracun? Bisamembunuh orang? Kenapa kita diperingatkan untuk menghindari hidung unta?

Pada suatu ketika ada seorang musafir yang mengadakan perjalanan melewati padang gurun yang amat luas. Musafir ini membawa seekor unta sertanya. Mereka hanya berdua saja di tengah padang gurun yang begitu luas. Hari sangat panas, matahari terik membakar kulit. Kalau sudah tidak tahan dengan panas yang menyengat, sang musafir biasanya mencari tebing-tebing yang agak teduh untuk beristirahat sejenak. Jika hari mulai malam sebaiknyalah yang terjadi. Dingin begitu menusuk tulang dan membuat orang yang tinggal di udara terbuka menggigil kedinginan. Tapi itu belum apa-apa. Yang paling parah kalau pada suatu waktu badai datang menyerang. Di padang gurun yang bering, badai berarti malapetaka. Pasir akan beterbangan dengan hebatnya. Pasir itu amat tebal. Mata akan perih kelilipan pasir. Orang akan sulit bernapas karena pasir beterbangan dengan hebatnya.

Demikianlah pada suatu hari badai pasir yang dahsyat datang secara tiba-tiba. Ketika badai itu mulai menyerang ke arah sang musafir, dengan segera ia memasang tendanya yang kecil supaya terhindar dari pasir yang beterbangan. Kemudian ia berbaring diam-diam. Sampai beberapa waktu lamanya  badai pasir terus menderu-deru. Sang musafir terus berlindung di dalam tendanya. Di sana ia terhindar dari bahaya pasir yang dapat membutakan mata dan dapat bernapas dengan leluasa.

Tapi tak lama kemudian sang musafir merasa ada sesuatu yang mendorong-dorong kakinya. Ia segera tahu bahwa yang mendorongnya adalah untanya sendiri. Samar-samar ia mendengar suara erangan sang unta.

“Apa yang engkau kehendaki?” tanya sang musafir kepada untanya.

“Oh tuan, bolehkah saya berteduh sedikit di dalam tendamu?” sahut sang unta dengan suara yang rendah.

“Jangan bodoh!” jawab sang musafir, “Tenda ini pasti tidak cukup untuk dimasuki oleh kita berdua, palagi tubuhmu begitu besarnya.”

“Oh tuan yang budiman, tolonglah saya,” sang unta mulai mengerang-erang meminta belas kasihan, “paling sedikit biarkanlah ujung hidung saya boleh masuk ke dalam tendamu. Saya tidak dapat bertugas karena pasir dengan yang menyesakkan. Kasihanilah saya.”

Sang unta merengek-rengek dan mengerang-erang sehingga musafir merasa kasihan kepadanya.

“Baiklah!” sahutnya, “Hidungmu boleh masuk, tapi tubuhmu tidak.”

“Oh terima kasih tuan, terima kasih.”

Sang unta memasukkan ujung hidungnya ke dalam tenda. Sang musafir menggeser tubuhnya supaya hidung unta dapat masuk. Beberapa waktu kemudian sang musafir merasa heran mendapati tendanya makin lama makin sempit. Ia menemukan sebabnya dengan segera. Ternyata kini bukan saja hidung, tetapi kepala unta dan setengah dari lehernya telah masuk ke dalam tenda.

“Keluar!” teriaknya, “Bukankah aku sudah katakan ujung hidungmu saja yang boleh masuk ke dalam tendaku ini??!!” sahut sang musafir dengan marahnya.

“Benar, oh tuan yang baik hati,” sahut sang unta dengan tenang, “Tapi sayang sekali kalau cuma hidungku saja yang masuk karena pasirpun membutakan mataku. Sebab itu ijinkanlah kepalaku juga boleh masuk ke dalam tendamu.”

Sang musafir berusaha membantah dan menolak permintaan untanya, tapi pikirnya ‘tak apalah sedikit lagi saja, toh cuma kepalanya. Tapi ternyata sedikit demi sedikit ia mulai merasa didorong-dorong dan didesak untuk terus bergeser pada sisi luar tenda. Sang musafir berteriak-teriak dan berontak, tapi ia tidak berdaya. Dorongan dan desakan sang unta amat kuat. Kini sebagian besar tubuh sang unta sudah mulai masuk ke dalam tenda dan terus mendesak dan mendorong tuannya.

Sang musafir akhirnya terdorong keluar dari tendanya. Kini ia hanya bisa gigit jari sementara sang unta tidur dengan nyenyak di dalam tenda. Sudah mengertikah kamu sekarang, mengapa dikatakan hati-hati terhadap hidung unta? Unta itu merupakan kiasan dari bujukan yang menyesatkan. Jika kita memberi tempat sedikit saja bagi si penggoda untuk masuk ke dalam hati kita, maka dengan segera ia memakai kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia tidak akan puas hanya mendapat tempat “seujung hidung saja”. Ia pasti akan terus mendesak dan mendorong untuk menguasai hatimu sepenuhnya.

Jangan sekali-kali memberi tempat sekecil apapun untuk dosa masuk ke dalam hatimu. Di situ yang harus bertahta sepenuhnya hanya Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada tempat buat si penggoda meskipun hanya “seujung hidung unta”.

Posted in Renungan
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,671 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.