Nico Sayang Papa
by : Sekolah Minggu
Setiap pagi Papa mengantar Niko ke sekolah dengan motor bututnya, dan menjemputnya dari sekolah. Sudah berkali-kali Niko berkata kepada mamanya, “Ma, Niko naik bis saja. Tidak usah diantar jemput!” Akan tetapi Mama mengatakan naik sepeda motor lebih hemat dan tidak usah berdesakan di bis.
Sebenarnya Niko malu karena kadang-kadang ada temannya yang bertanya, “Papamu kerja apa, sih? Kok, ada waktu mengantar dan menjemputmu ke sekolah setiap hari?” Karena itu biasanya begitu turun dari sepeda motor, ia akan lari ke kelas. Niko hanya bicara seperlunya saja dengan papanya. Bila Papa bertanya, ia akan menjawab dengan singkat.
Niko tidak tahu apa jelasnya pekerjaan ayahnya. Kira-kira setahun ini papanya selalu keluar rumah sekitar jam 7 malam dan baru kembali menjelang pagi. Dia tidur sebentar, lalu mengantar Niko ke sekolah, tidur lagi, dan siangnya menjemput Niko dari sekolah.
Biasanya, setelah makan siang Papa akan mencuci pakaian, termasuk pakaian seragam sekolah Niko. Kemudian ia akan menyetrika pakaian yang kemarinnya telah dicuci. Juga ia menyapu dan mengepel lantai rumah mereka yang kecil. Ia bekerja tanpa banyak bicara. Diam-diam Niko memandang rendah papanya.
Mama Niko bekerja sebagai penjahit di sebuah butik. Kadang-kadang mamanya membawa pulang pesanan gaun pesta untuk ditaburi mote-mote. Sampai larut malam mamanya menjahit mote-mote di gaun itu karena pemesannya minta gaun itu cepat selesai. Ada kalanya Niko ingin cepat besar supaya mamanya tidak usah bekerja demikian keras. Niko merasa Papa kurang berusaha dalam pekerjaannya.
Hari ini Niko pulang dari sekolah dengan rasa ingin tahu. Temannya, Ari, membisikkan sesuatu yang membuat Niko penasaran. Kata Ari semalam ia ke dokter gigi bersama ibunya. Di sebelah rumah dokter gigi itu ada rumah besar dengan halaman luas. Ari melihat papa Niko turun dari sebuah mobil di halaman rumah tersebut, lalu menuntun seorang wanita masuk ke dalam rumah. Ari hanya melihat punggung mereka berdua.
Satu hal yang Niko tidak tahu adalah Ari tidak melaporkan bahwa di depan papanya dan wanita tersebut ada seorang pria berambut putih yang berjalan dengan memakai tongkat.
Untuk apa Papa masuk ke rumah besar itu? Pekerjaan apa yang dilakukan Papa di sana? Siapakah wanita itu sebenarnya? Dalam hati Niko terus bertanya-tanya. Bahkan ketika makan malam Niko terus berdiam diri. Dalam hati ia terus bertanya-tanya apa sebenarnya pekerjaan papanya. Niko tidak mau memberitahukan Mama apa yang mengganggu hatinya sebelum ia mengetahui kebenarannya.
Malam hari setelah Papa pergi bekerja, Niko pamit pada Mama. Ia mengatakan akan ke rumah Ari untuk mengembalikan buku. Ia memang pergi ke rumah Ari dan mengembalikan buku, tetapi kemudian ia pergi lagi menuju tempat lain dengan rasa penasaran.
Malam itu suasana jalan ramai. Dengan perasaan galau Niko pergi ke tempat yang diberitahu Ari. Ia berdiri di depan pintu gerbang rumah besar itu dan mengintip ke dalam. Jantung Niko berdegup kencang. Di samping di depan garasi ada sepeda motor papanya.
“Cari siapa, Dik?” tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Niko.
Seorang wanita muda berdiri di dekatnya. Rupanya ia habis berbelanja di supermarket. Tas plastik berisi barang-barang yang dibawanya bertuliskan nama sebuah supermarket.
“Eeeh…anu…sepertinya sepeda motor itu milik orang yang kukenal,” jawab Niko sambil menunjuk ke arah sepeda motor di dalam.
“Aah, itu kan sepeda motor Pak Herman. Dia bertugas menjaga Opa dan Oma, ibunya bos. Opa dan Oma sakit stroke. Tiap sore mereka ke dokter atau pergi terapi. Kalau siang, saya yang jaga. Memangnya kamu kenal Pak Herman? Dia orang baik dan rajin, loh,” kata wanita itu yang lalu mengeluarkan kunci gembok dari dompetnya.
“Maaf, saya salah rupanya, Mbak. Saya permisi dulu,” kata Niko. Ia bergegas pergi.
Di jalan Niko merasa wajahnya hangat dan air mata mengalir di pipinya. Selama ini ia mengira Papanya kurang berusaha. Dan ia curiga pada Papa. Ternyata Papa memang bekerja. Tidak mudah mengurus dua orang lanjut usia yang stroke, tetapi Papa rela melakukannya. Dan Papa orang baik, dia mau melakukan pekerjaan rumah tangga untuk membantu Mama. Pastilah pagi hari ia mengantuk, tetapi ia selalu mendisiplin diri untuk mengantar Niko ke sekolah. Bahkan wanita tadi memuji Papa Niko sebagai orang baik dan rajin. Diam-diam Niko berdoa minta ampun pada Tuhan. ” Papa, aku sayang Papa,” bisik Niko dalam hati.
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply