Tahun 731 Bede yang Patut Dipuja Menyelesaikan Karyanya Sejarah Gereja Bangsa Inggris
Pada usia yang sangat muda Bede telah menunjukkan kecemerlangannya. Nama “Bede yang Patut Dipuja” itu sendiri sudah mengisyaratkan ilmunya yang tinggi dan rasa hormat yang ditujukan kepadanya.
Meskipun kekacauan politik telah banyak merusak kebudayaan, namun biara tetap berpegang pada pendidikan Zaman Pertengahan. Anak-anak belajar membaca, para penulis menyalin naskah-naskah kuno, dan orang terpelajar seperti Bede mempelajari buku-buku. Para biarawan memelihara ajaran-ajaran Roma dan Yunani kuno, bersama-sama karya-karya para imam. Kehidupan di antara tembok-tembok biara berlangsung dengan santai saja.
Bede bukan saja salah seorang cendekiawan paling brilian pada zaman itu, ia juga sangat saleh. Dalam otobiografinya yang sangat singkat, ia menulis bahwa ia dilahirkan di daerah antara biara Wearmouth dan biara Jarrow di Inggris bagian utara, pada tahun 635. Pada umur tujuh tahun, ia belajar pada kepala biara di sana dan menghabiskan sisa hidupnya di biara tersebut, tidak eprnah keluar jauh.
Meskipun umur minimum untuk ditahbiskan sebagai diakon adalah dua puluh lima tahun, ia menerimanya pada umur sembilan belas, tentunya karena kesalehannya. Pada usia tiga puluh tahun, ia menjadi imam dan menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis ulasan-ulasan Alkitab dan karya-karya rohani lainnya. Biografinya lebih banyak berupa katalog buku-bukunya ketimbang kegiatannya.
Persembahan besar Bede bagi Gereja: Historia Eccelesiastica Gentis Anglorum (Sejarah Gerejawi Bangsa Inggris) telah menelusuri sejarah Inggris dari zaman Julius Caesar sampaipada zamannya. Meskipun dalam banyak hal karyanya merupakan sejarah umum, namun fokus utama buku tersebut ialah tentang kristenisasi Inggris dan bagaimana kekafiran secara perlahan-lahan digantikan agama baru ini.
Buku Bede ini penuh dengan cerita-cerita keberanian para misionaris dan pemimpin kafir yang akhirnya melihat cahaya kebenaran. Namun, ia tetap berpegang pada skeptisisme sehat (meragukan suatu kebenaran). Pada zaman prailmiah, tentunya ia dapat menyertakan cerita apa saja, dan mungkin tidak banyak yang akan mempersoalkan tulisannya. Tetapi Bede, yang menaruh perhatian pada kebenaran historis, dengan cermat menentukan sumber-sumbernya dari kesaksian yang dapat diandalkan. Meski pun Bede percaya akan mujizat-mujizat, ia menghendaki mujizat yang nyata, bukan cerita-cerita legenda suci.
Simaklah, sejarah apa yang ia tampilkan! Julius Caesar dan Claudius, Paus Gregorius dan Misionaris Augustinus serta suku-suku penyerang seperti Anglo, Saxon dan Jutes, cerita-cerita inilah yang dimuat dalam karyanya. Melalui karyanya, kita diperkenalkan pada berbagai cerita hebat, seperti tentang Gregorius Agung yang menyaksikan para budak yang diperlakukan istimewa diperjualbelikan di Roma, dan ia begitu terkesan dengan kecantikan mereka sehingga ia berkeinginan membawa berita Injil ke daerah asal mereka. Kita membaca juga tentang raja kafir Edwin, yang penasihatnya memberikan perumpamaan yang membandingkan hidup manusia dengan kehidupan seekor burung, yang masuk dalam ruang pesta dan keluar ke dalam kegelapan. Ia kemudian menasihati sang raja untuk bertobat menjadi Kristen karena (agama tersebut) memberikanharapan hidup setelah “keluar dari pesta sejenak ini”.
Terdapat juga dalam sejarah Bede, beberapa tulisan yang agak aneh seperti ini, “Tidak ada ular yang dapat hidup di sana (di Irlandia), karena meskipun dibawa dari Inggris, begitu kapal mendekat ke pulau itu, dan begitu ular-ular itu menghirup udara di sana, mereka langsung mati. Sebenarnya, hampir segala sesuatu yang ada di pulau ini kebal terhadap racun.” Namun sejarawan sekuler pun tidak ragu akan kecermatan Bede dalam laporannya, karena bagi mereka laporannya itu benar dalam hampir setiap detail.
Sebelum adanya buku Sejarah Gereja Bangsa Inggris, bermacam-macam suku yang ada di Inggris sudah memiliki sejarah mereka sendiri. Sejarah itu kebanyakan berbentuk sajak kafir yang sering dibacakan oleh para penyair. Tetapi, Bede menampilkan sejarah melalui teropong Kristiani, ketika suku-suku yang berbeda haluan ini menjadi satu bangsa dengan agama tunggal.
Bukannya para pahlawan yang gagah seperti Beowulf, tetapi pahlawan-pahlawan Bede adalah para santo, orang-orang yang bergantung pada anugerah Tuhan. Ia, bersama-sama para sejarawan Abad Pertengahan, memberikan kerangka baru bagi sejarah: sedapat mungkin harus tepat, harus memberi inspirasi.
Tanpa Bede, banyak catatan penting mungkin telah lenyap begitu saja ditelan masa. Kepada biarawan yang patut dipuja inilah orang-orang harus berterima kasih, karena mereka mendapatkan identitasnya sebagai satu bangsa dan kedudukannya sebagai negara Kristen.
sumber : http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555.html
Leave a Reply