BOHONG SANA SINI
by : Sekolah Minggu
Entah apa yang salah pada Jona hari itu. Sejak bangun tidur ia merasa kesal dan ingin marah. Ketika kakaknya, Sarah, minta tolong diambilkan sepatu, Jona melempar sepatu itu dengan kasar, dan mengenai adik kecil mereka, Rachel. Rachel menangis keras-keras. Mama berusaha mendiamkan Rachel sambil keheranan melihat tingkah anak tengahnya. Papa lalu memarahi Jona.
Entah apa yang salah pada Jona hari itu. Sejak bangun tidur ia merasa kesal dan ingin marah. Ketika kakaknya, Sarah, minta tolong diambilkan sepatu, Jona melempar sepatu itu dengan kasar, dan mengenai adik kecil mereka, Rachel. Rachel menangis keras-keras. Mama berusaha mendiamkan Rachel sambil keheranan melihat tingkah anak tengahnya. Papa lalu memarahi Jona.
Ketika sampai di sekolah, Jona merasa lebih senang. Sekarang ia bisa bermain bersama teman-temannya.
Teman-temannya sedang berkumpul mengelilingi Momon dan kakaknya, Adon, yang duduk di kelas 6. Adon tinggi dan besar. Ia selalu punya cerita-cerita yang membuat teman-teman sekelas Jona terkagum-kagum seperti hari itu. Ia bercerita bahwa pada waktu liburan, ia pergi berkemah dan tinggal di dalam tenda seperti orang Indian.
“Waaah…,” kata teman-teman Jona.
“Kami ke sungai untuk mandi atau mencuci. Dan kami membuat api unggun sendiri! Persis sperti pemburu di film,” kata Adon dengan bangga.
Jona bergabung dan ikut mendengarkan cerita Adon. Ketika melihat Jona, Momon berkata, “Kalau Jona sih…pasti tidak bisa tidur di tenda, pasti menangis minta mamanya!” Anak-anak tertawa. Jona kesal sekali.
“Kalian tidur di tenda waktu liburan, kan?” tanyanya.
“Iya, liburan kemarin!” balas Momon.
“Kalau aku, tiap hari sekolah juga tidur di tenda!”
“Haaah?” teman-teman Jona heran.
“Bohong!” kata Momon.
“Ya sudah kalau tidak percaya!” kata Jona sambil senyum-senyum.
“Mana buktinya?” kata Momon. “Begitu pulang sekolah aku ke rumahmu, ya! Awas kalau kamu bohong!”
“Datang saja!” kata Jona.
Bel berbunyi dan anak-anak masuk ke kelas. Pelajaran pun dimulai. Sepanjang pelajaran Jona sibuk memikirkan bagaimana caranya supaya waktu Momon ke rumahnya, ada tenda. Akibatnya ia berkali-kali kena tegur ibu guru dan pak guru karena tidak memperhatikan pelajaran.
Salah seorang guru, Ibu Bing-Bing memanggil Jona dan memberi Jona hukuman. Pada akhir jam pelajaran sekolah nanti Jona harus tinggal lebih lama untuk memikirkan kesalahannya hari itu, dan menulis tekadnya untuk menjadi lebih baik sebanyak satu halaman. Padahal, Momon akan segera ke rumahnya. Bagaomana ini?
Begitu Ibu Bing-Bing meninggalkan kelas, Jona membuka jendela kelas, melompatinya, dan kabur. Ia berlari secepat mungkin menuju rumah, dan lupa pada Sarah.
Begitu sampai di rumah, Jona melempar tas dan sepatunya ke mana-mana.
“Mama! Di mana tenda kita?” teriaknya.
“Kamu ini kenapa, Jona? Kak Sarah mana?” jawab Mama dengan bingung.
“Pokoknya tenda ada di mana, Ma?” katanya tidak sabar sambil membongkar tumpukan barang. Lantai penuh dengan barang yang diserakkannya.
“Jona! Diam dulu! Kak Sarah mana?” kata Mama dengan tegas.
Jona baru ingat! “Kak Sarah… masih di sekolah.”
“Kenapa kamu meninggalkan kakakmu?”
“Eh…, dia dihukum Ibu Bing-Bing, Ma. Disuruh tulis satu kertas hukuman, baru boleh pulang,” Jona berbohong lagi. “Nanti Jona pergi lagi ke sekolah kok, jemput Kak Sarah.. Tapi sekarang tendanya mana, Ma?”
“Tendanya untuk apa?”
“Kalau tidak Momon bilang Jona pembohong! Ma, cepat, Ma!”
Sambil geleng-geleng kepala, Mama mengambil tenda dan memberikannya pada Jona. “Kamu bereskan lagi semuanya, ya!”
“Iya!” kata Jona, sambil lari ke halaman. Ia lupa berterima kasih pada Mama.
Di halaman, di bawah terik matahari, Jona berusaha memasang tenda itu sendiri. Tidak sulit sebetulnya, tetapi karena terburu-buru, beberapa kali Jona terhantam tenda. JArinya sempat terjepit.
“Jona! Kenapa aku ditinggal?” tiba-tiba terdengar suara Kak Sarah.
“Mau bikin tenda, Kak—-” Jona baru melihat bahwa Sarah tidak sendirian. Di belakangnya ada Adon, dan…Momon.
“Rupanya kamu memang bohong, kan?” tawa Momon penuh kemenangan.
Mama mendengar suara ribut di halaman, lalu keluar.
Adon berkata, “Kami mengatakan Sarah, Tante, sekalian Momon mau mampir sebentar ke sini. Sekarang kami permisi dulu, ya….”
“Iya, terima kasih, ya,” kata Mama.
Momon dan Adon pergi, Sarah marah-marah. “Jona! Kamu bohong sama Momon! Lalu kabur dari kelas, padahal harusnya kamu kumpulkan hukumanmu pada Ibu Bing-Bing!”
Jona terduduk lemas. Sekarang ia pasti dimarahi Mama, dan besok dihukum lebih banyak lagi oleh Ibu Bing-Bing. Ia jug masih harus membereskan tenda. Dan ia akan ditertawai Momon terus.
Setelah Mama tahu cerita lengkapnya, ia bertanya, “Kamu tahu siapa yang disebut Tuhan Yesus sebagai pendusta dan bapa segala dusta? Iblis. Itu ada di Yohanes 8:44. Kalau Jona berbohong, Jona cocok jadi anak iblis. Kalau Jona anak Tuhan, Jona harus bicara benar. Sekarang kamu harus terima semua hukumanmu, supaya kamu jangan hidup seperti anak iblis.”
Jona mengangguk. Ia tidak mau jadi anak iblis! Ia mau jadi anak Tuhan!
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply