BOTE Pahlawan Indonesia

by : Sekolah minggu

Bulan Agustus adalah bulan istimewa bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan diri sebagai negara merdeka. Indonesia tidak sudi dijajah lebih lama oleh bangsa lain.

Karena itu ketika Belanda kembali lagi untuk menguasai Indonesia, di mana-mana terjadi perlawanan.

BOTE adalah nama panggilan Robert Wolter Monginsidi. Ia adalah seorang pemuda yang cerdas, pantang menyerah, dan berani. Wolter dilahirkan pada 14 Februari 1925 di desa Malayang, Sulawesi. Sejak kecil ia menyukai belajar. Baginya belajar itu penting dan membuatnya pandai. Karena itu, ia belajar setinggi-tingginya dengan sebaik mungkin.

Dengan kepandaian dan kecerdikannya ia membuat rencana dan strategi melawan Belanda di Makassar pada tahun 1946-1947. Tekadnya adalah mengusir penjajah dari Indonesia. Wolter membuat Belanda “pusing” dan marah. Dengan cara yang licik Belanda akhirnya berhasil menangkap Wolter. Lalu, ia dijatuhi hukuman mati.

Robert Wolter Monginsidi berdiri dengan gagah berani di depan regu penembak pada jam 5 pagi, hari Senin tanggal 5 September 1949. Bahkan dia sempat menyalami anggota regu penembak itu dan berkata, “Laksanakan tugas Saudara. Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan. Saya maafkan Saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa Saudara-saudara.” Bote gugur dalam usia 24 tahun.

Apakah yang membuat Robert Wolter Monginsidi memilih untuk berjuang melawan penjajah sekalipun ia harus mati? Ia sendiri tidak ikut menikmati kemerdekaan yang ia perjuangkan, bukan? Dari kisah hidupnya, paling sedikit kita melihat ada tiga alasan.

Pertama, hatinya tidak rela melihat rakyatnya diperlakukan semena-mena oleh penjajah. Kedua, ia sadar bahwa bangsa Indonesia berhak untuk merdeka. Ketiga, ia percaya bahwa di atas segalanya Tuhanlah yang berkuasa. Di dalam Alkitab yang dibawanya ketika hukuman mati dilaksanakan terselip sebuah tulisan: “Setia hingga terakhir dalam keyakinan.”

Robert Wolter Monginsidi menggunakan hidupnya yang singkat untuk mengejar kebajikan, bukan mencari kesenangan sendiri. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1973.

Artikel bersumber dari : Majalah Anak