Keadilan Dan Kasih Allah
by : Sekolah minggu
Kejadian 4 : 8 -16
“Pa, ayo kita lanjutkan kish Kain dan Habel! Saya tidak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi pada Kain,” kata Timtim. Timtim dan keluarganya sedang duduk di ruang keluarga.
“Baiklah, sebelumnya kita siapkan dulu Alkitabnya,” kata Papa.
“Ini, Pa. Saya sudah bawakan,” kata Timtim sambil menyodorkan Alkitab kepada Papa.
“Mari kita baca Kejadian 4:8-16. Vivi, bisa kamu bacakan?” kata Papa kepada Vivi yang telah membuka terlebih dahulu Alkitabnya.
Setelah Vivi selesai membaca, Timtim kemudian dengan heran bertanya, “Pa, kenapa Allah bertanya kepada Kain ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Apakah Allah tidak tahu jika Kain telah membunuh Habel?”
“Allah itu Mahatahu. Dia tahu segala sesuatu yang terjadi. Tidak ada apa pun yang tidak diketahui oleh Allah, termasuk perbuatan Kain yang telah membunuh Habel.
“Ketika Allah bertanya, itu tidak berarti Allah tidak tahu, melainkan Allah sedang menguji kejujuran Kain. Selain itu, Allah juga sedang memberikan kesempatan kepada Kain untuk mengakui kesalahannya.
“Tapi, apakah Kain mau berkata jujur dan mengakui kesalahannya? Tidak. Apa jawaban Kain kepada Allah?” tanya Papa.
“Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” jawab Timtim, mengikuti tulisan yang ada di Alkitab.
“Ya! Kain bukannya berkata jujur, tetapi ia berbohong. Kain berusaha menutupi perbuatannya yang jahat itu. Kain tidak mau mengakui kesalahannya. Dia lebih memilih berbohong kepada Allah. Perbuatan Kain membuat Allah sangat marah. Lalu, Allah menghukum Kain. Ini disebut keadilan Allah, yaitu dosa harus dihukum,” kata Papa.
“Apa hukumannya, Pa?” tanya Vivi.
“Allah mengusir Kain dari tempat tinggalnya. Kain harus menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi ini. Ia harus pergi jauh dari keluarganya, pergi meninggalkan papa, mama, dan adik-adiknya. Dia juga harus pergi dari hadapan Allah.
“Allah membuat tanah tempat darah Habel mengalir menjadi tidak subur. Jika Kain menanam sayuran dan buah-buahan, maka hasilnya hanya sedikit dan tidak cukup untuk dia hidup. Allah membuat tanah tempat dia bercocok tanam tidak memberikan hasil yang baik lagi. Jadi, untuk dapat terus hidup dan mencukupi kebutuhannya, Kain harus pergi dari tempat asalnya dan mencari tempat lain.
“Nah, sekarang coba kalian perhatikan ayat 13-14,” kata PApa.
Timtim dan Vivi memperhatikan Alkitab itu dan membacanya.
“Kain mengeluh kepada Allah karena dia harus menerima hukuman yang sangat berat. Coba kalian sebutkan apa saja keluhan Kain kepada Allah,” kata Papa.
“Allah mengusirnya dari tempat asalnya. Ia terpisah dari keluarganya, dan berada jauh dari hadapan Allah,” jawab Timtim.
“Menjadi seorang pelarian dan mengembara. Ia juga takut dibunuh orang,” jawab Vivi.
“Ya, kalian benar. Kain mengeluh hukuman yang diberikan Allah sangatlah berat dan Kain takut dibunuh orang. Lalu apa jawab Allah?” kata Papa.
“Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat,” jawab Timtim.
“Benar, Tim. Untuk melindungi Kain, Allah memberikan tanda perlindungan pada Kain sehingga tidak seorang pun akan membunuhnya,” kata Papa.
“Pa, kenapa Allah tetap melindungi Kain? Bukankah dia telah berbuat jahat membunuh Habel?” tanya Vivi.
“Anak-anak, perhatikan baik-baik. Allah telah menunjukkan keadilan dengan memberi hukuman kepada Kain. Allah memberi tanda perlindungan kepada Kain agar tidak dibunuh orang. Itu menunjukkan bahwa Allah juga memberikan kasih-Nya kepada Kain. Karena kasih-Nya dan kesabaran-Nya, Allah masih memberi kesempatan bagi orang sejahat apa pun untuk bertobat,” jelas Papa.
“Nah, anak-anak, jika Allah berlaku kasih dan sabar kepada orang sejahat Kain sekalipun, kita juga seharusnya memaafkan dan bersabar kepada orang-orang yang telah berbuat salah kepada kita. Kita harus memberi kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki kesalahan mereka,” kata Mama.
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply