Pendirian Inkuisisi Spanyol

Tahun 1478 Pendirian Inkuisisi Spanyol

By Sekolah Minggu

Pendirian Inkuisisi SpanyolPada mulanya, Gereja merasa amat prihatin terhadapa adanya kepercayaan sesat – bidat – dan telah mencari cara menanganinya. Acap kali langkah tersebut merupakan sikap tawar-menawar pendapat teologis dan pengucilan badan-badan ajaran sesat dari gereja. Namun, gereja yang baru mulai tumbuh, tidak mampu memberlakukan sistem keyakinan apa pun pada mereka yang bersalah.

Pada tahun 1184, Paus Lucius III, yang memperdulikan iman setiap pengunjung gereja, meminta para uskup “menyelidiki” iman dombanya masing-masing. Seseorang yang tertangkap sebagai penganut ajaran sesat dikucilkan – dikeluarkan dari Gereja. Namun, tak ada yang melukainya secara fisik, dan jika ia melepaskan paham sesatnya itu, maka ia diterima kembali di Gereja. Secara teoretis Gereja menerapkan sarana ini untuk memperbaiki dengan penuh kasih seorang saudara yang tersesat dan melindungi yang lain dari kesalahan yang sama.

Ketika ajaran sesat populer – khususnya Gerakan Albigens di Perancis – bertumbuh, Gereja mengambil tindakan yang lebih tegas. Pada Konsili Latern Keempat, Paus Innocentius III mendukung negara yang menghukum para penganut ajaran sesat dan menyita harta mereka. Para pejabat sekular yang tidak mendukung Gereja juga terancam pengucilan.

Namun, Inkuisisi tersebut tidak sepenuhnya terorganisasi hingga pada Sinode Toulose, pada tahun 1229. Sebagai rerspons atas pembacaan Alkitab Cathari – sebuah kelompok bidat yang telah menyertakan banyak kesalahan Manichaean – dan Waldens, sinode tersebut melarang kaum awam memiliki Kitab Suci dan memulai serangan sistematis melawan berbagai kepercayaan yang tidak dapat diterima. Paus Gregorius IX memberi kuasa sesat kepada para  menyiksa para pengikut ajaran sesat kepada para biarawan Dominikan yang diwajibkan mengontrol ortodoksi. Karena bertanggung jawab hanya pada otoritas paus, maka para Dominikan menjadi senjata ampuh dalam kelompok hierarki.

Pada tahun 1252, Paus Innocentius IV mengizinkan penyiksaan sebagai cara mendapatkan informasi dan pengakuan dalam kasus ajaran sesat. Ia percaya bahwa pengikut ajaran sesat merupakan “kaki yang membusuk” yang harus diamputasi, jika tidak, mereka akan menginfeksi seluruh tubuh. Kekejaman yang diberlakukan melawan ajaran sesat tampaknya adalah harga yang relatif kecil bagi ortosoksi Gereja.

Gereja masih tidak dapat menyebabkan pertumpahan darah, sehingga semua pengajar sesat diserahkan kepada cara dibakar hidup-hidup.

Para penguasa Spanyol adalah paroh kedua abad kelima belas, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, meyakini bahwa negaranya akan makmur hanya jika benar-benar Kristen. Karena mereka menunjukkan pengabdian mendalam pada ajaran Katolik, mereka menerima gelar Catholic Kings (Raja-raja Katolik) dari paus. Pada tahun 1478 mereka meminta paus mendirikan Inkuisisi di Spanyol dengan mereka sendiri sebagai inkuisitornya.

Banyak orang Yahudi dan Muslim di Spanyol yang menjadi Kristen dengan setengah hati, namun ketakutan masih menyelimuti mereka, karena mereka secara diam-diam masih mempraktikkan keyakinan lama mereka. Pada tahun 1492, raja-raja Katolik mengusir semua orang Yahudi dan Muslim dari negara mereka.

Inkuisitor agung Spanyol adalah Tomas de Torquemeda, seorang biarawan Dominikan yang namanya menjadi buah bibir karena kekejamannya. Meskipun ia tampak sebagai seorang model Kristen dalam kehidupan pribadinya, menyangkal diri dan hidup suci, namun orang terpelajar ini telah menunjukkan semangatnya sampai taraf yang berlebihan. Dengan petunjuknya, banyak orang yang dibakar hidup-hidup, sementara yang lain membayar denda yang amat tinggi atau melakukan penebusan dosa yang memalukan.

Karena Inkuisisi tersebut mempunyai kuasa menyita harta terhukum, maka ia tidak kekurangan dana untuk melanjutkan penyiksaan dengan bermacam-amcam cara. Bahkan, Inkuisisi menjual jabatan “familiar” – seseorang yang dapat memberi informasi tentang orang lain, sementara ia sendiri terbebas dari penangkapan.

Sementara aliran Protestan menguasai Eropa, di Spanyol aliran tersebut justru menjadi sasaran Inkuisisi. Di sana, buku-buku Protestan dilarang dan dugaan bahwa seseorang adalah Protestan sudah cukup untuk mengundang para inkuisitor. Meskipun beberapa di antara orang Protestan yang dieksekusi merupakan orang-orang Spanyol, pengalaman tersebut telah membuat banyak orang kembali ke Katolik.

Akibatnya, Protestantisme tidak pernah bertahan di Spanyol seperti halnya di lain tempat. Meskipun orang-orang Protestan mengalami penyiksaan di negara-negara lain di Eropa, hal itu tidaklah seberapa ganas seperti Inkuisi di Spanyol, yang berlanjut hingga abad kesembilan belas.

sumber : http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen-vt1555.html

 

Posted in Tokoh Kristen
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,386 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.