Persembahan

Persembahan

by : Sekolah Minggu

Kejadian 4 : 1-5

Siang itu Timtim dan Vivi sibuk menghitung uang tabungan mereka. Papa dan Mama duduk memperhatikan  mereka. “Rp 210.000!” seru Timtim. “Pa, Ma, boleh saya beli sepeda baru? Sepeda yang lama sudah kecil, buat Vivi saja.” Timtim menunjukkan uangnya kepada Papa dan Mama.

“Uang saya ada Rp 200.000,” kata Vivi. “Saya mau beli tas dan sepatu baru untuk sekolah nanti. Boleh, ‘kan, Ma?”

“Boleh, boleh,” kata Mama. “Tapi jangan lupa, kalian harus memberi perpuluhan kepada Tuhan, yaitu sepuluh persen dari hasil tabungan kalian. Timtim harus memberikan Rp 21.000,- dan Vivi Rp 20.000,-. Hari Minggu nanti di gereja masukkan ke kotak persembahan,” kata Mama.

“Yaaah, Mama. Kenapa harus dipotong sepersepuluh? Nanti uang kami jadi berkurang, deh,” kata Vivi dan Timtim dengan kecewa sambil menyisihkan uang tersebut.

“Kalian tidak boleh kecewa karena memberi perpuluhan. Sebagai anak-anak Allah yang ditebus oleh Tuhan Yesus, kita harus memberikan perpuluhan dan persembahan,” kata Papa menghibur.

“Apa bedanya perpuluhan dan persembahan, Pa?” tanya Vivi dengan kebingungan.

“Baiklah, dengarkan baik-baik. Perpuluhan itu milik Allah. Allah mengharuskan semua orang percaya untuk menyisihkan sepuluh persen dari penghasilannya dan diberikan kepada Tuhan melalui gereja (Maleaki 3:10). Sedangkan persembahan diberikan setelah memberi perpuluhan.

“Contohnya, jika kalian ada uang Rp 10.000 dikurangi sepersepuluh yaitu Rp 1.000, uang kalian sisa Rp 9.000. Nah, dari sisa Rp 9.000 inilah yang kalian pakai untuk memberi persembahan.

“Dan perlu diingat, kita memberi persembahan bukan karena Tuhan perlu uang, tetapi itu merupakan ucapan syukur dan ungkapan kasih kita kepada Tuhan atas semua berkat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Anak-anak Tuhan memberi persembahan berdasarkan hati yang rela karena Allah yang telah mengasihi dan memelihara kita,” jelas Papa.

“O…., begitu, Pa. Apakah persembahan semua orang akan diterima oleh Tuhan?” tanya Vivi.

“Tidak. Ada persembahan yang ditolak oleh Tuhan. Mau tahu apa yang membuat Tuhan menolak persembahan?” tanya PApa.

“Mau, mau! Kenapa, Pa?” tanya Timtim dan Vivi dengan rasa ingin tahu.

“Mari kita buka Kejadian 4:1-5,” kata Papa sambil mengambil Alkitab dan membacanya.

“Ketika Kain dewasa ia bekerja menjadi petani dan Habel menjadi gembala kambing domba. Beberapa lama kemudian mereka mempersembahkan hasil pekerjaannya, Kain mempersembahkan sebagian dari hasil taninya sebagai persembahan kepada Tuhan, sedangkan Habel mempersembahkan hasil gembalaannya yaitu dari anak sulung kambing domba yakni lemak-lemaknya. Tetapi Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain,” kata Papa.

“Mengapa Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain, Pa? Apakah karena persembahan Kain berbeda dengan persembahan Habel?” tanya Timtim.

“Pada waktu itu, Tuhan belum menentukan kalau persembahan itu harus dari bagian lemak anak sulung kambing domba. Jadi, persembahan hasil tani Kain maupun lemak domba yang dipersembahkan oleh Habel tidak menjadi persoalan bagi Tuhan.

“Mengapa Tuhan menerima persembahan dari Habel dijelaskan di dalam Ibrani 11:4, yaitu bahwa Habel memberikan persembahannya dengan iman. Ia mempersembahkan korban yang lebih baik dari pada Kain. Habel memberi dengan sikap dan hati yang benar, sedangkan persembahan Kain ditolak Allah karena ia memberi dengan sembarangan dan hatinya jahat (1 Yohanes 3:12).

“Jadi, Tuhan tidak melihat bentuk persembahannya, tapi Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati Kain dan Habel,” jelas Papa.

“Lalu, agar Tuhan mau menerima pemberian kami sekarang ini?” tanya Timtim.

“Sisihkanlah sepersepuluh dari uang jajan kalian. Uang persembahan untuk Sekolah Minggu persembahkanlah dengan benar. Selain itu persembahan tidak hanya berupa uang tapi juga waktu yang kalian gunakan sebaik mungkin. Belajarlah sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk menyombongkan diri. Ketika kalian beribadah ke Sekolah Minggu janganlah main-main,” kata Papa.

“Dan ingat, memberi persembahan dalam bentuk apa pun, berilah yang terbaik dan haruslah dengan iman, rela, dan hati yang bersyukur kepada Tuhan,” Mama mengingatkan.

 

 Oleh : Kak Dessy Waiman

Artikel Bersmuber dari : Majalah Anak

Posted in Cerita Alkitab, Cerita Sekolah Minggu
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,671 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.