Semangat Paskah

Semangat Paskah

By : Sekolah Minggu

paskah

Siang itu Ella sibuk sendiri di kamarnya. Paskah hampir tiba. Minggu depan sekolah akan mengadakan lomba menghias telur. Ella membongkar sebuah dus dan menyerakkan isinya ke lantai: ada kertas kado, perca kain, renda kapas, manik-manik, jarum, benang jahit, benang wol, karton, dan segala macam benda yang bisa dipakai untuk membuat prakarya. Di atas tempat tidur berserakan selimut, piyama, dan buku pintar Ella.

Buku pintar Ella adalah buku untuk mencatat apa saja, termasuk corat-coret prakarya yang akan dibuat Ella. Ella bisa membuat bungkus kado yang cantik, boneka kecil, dompet, gantungan kunci, dan sebagainya. Meja belajarnya juga berantakan dengan benda-benda yang ditaruh seenaknya.

“Ya, ampun, Ella, kamarmu seperti kapal pecah. Ayo, cepat bereskan!”seru Mama yang sudah berdiri diambang pintu.

“Tenang saja, Ma,” jawab Ella santai. “Aku sedang cari perlengkapan untuk membuat hiasan telur Paskah.”

“Wali kelasmu sekarang Bu Irene, ya?” tanya Mama. Ella menghentikan kesibukannya dan memandang Mama.

“Iya, kan Bu Hesti sudah menikah dan berhenti,” kata Ella heran. “Ada apa, Ma?”

“Ternyata Bu Irene itu adik Tante Silvia teman gereja Mama. Hanya Bu Irene ke gereja lain. Nanti sore Tante Silvia dan Mama mau pergi belanja untuk acara bakti sosial ke panti asuhan. Kalau kamu mau makan, panaskan saja ya supnya. Papa pulang malam karena ada acara kantor,” kata Mama.

 

“Iya, Ma. Sekarang aku mau ke rumah Yudit dulu. Dia punya buku dengan gambar wanita-wanita berpakaian daerah. Aku mau pinjam,” kata Ella.

“Jadi kapan kamu mau bereskan kamarmu?” desak Mama.

“Aaah, kapan-kapanlah. Dibereskan juga percuma, nanti berantakan lagi,” jawab Ella ringan.

Ella ke rumah Yudit. Yudit ada di kamarnya, sedang membersihkan rak buku dan mengganti sampul-sampul buku yang sudah usang. Yudit hobi membaca. Kamarnya sangat rapi dan bersih. Sangat nyaman.

Dengan cepat Yudit mencari buku yang diingini Ella.

“Kamarmu rapi amat, sih. Kamarku seperti kapal pecah,” kata Ella dengan kagum.

“Dulu aku malas merapikan kamar. Suatu ketika menjelang Paskah omaku mengajakku berkunjung ke rumah temannya, Bu Min, di kampung kumuh. Rumah itu berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah, tetapi sangat bersih. Omaku memujinya. Kata Bu Min kita harus memiliki semangat Paskah setiap hari. Yesus sudah bangkit, jadi kita juga harus semangat merawat apa yang kita miliki,” cerita Yudit.

“Aku sangat terkesan,” sambung Yudit. “Kalau kamarku rapi, enak dilihat,cari barang pun mudah. Kata omaku kita menaati Tuhan bila merawat apa yang harus miliki dengan baik,” Yudit mengakhiri ceritanya.

Duk! Ella merasa tertempelak. Selama ini ia tak pernah memikirkan hubungan membersihkan kamar dengan menaati Tuhan.

Ketika Ella pulang, Mama sedang mandi. Ella segera memasukkan semua bahan prakaryanya ke dalam dus dan menaruhnya di bawah meja belajar. Nanti ia akan memilah-milahnya dan mengaturnya lebih baik. Lalu ia membereskan tempat tidur, melipat selimut dan piyama, dan menyimpan buku pintarnya di laci meja belajar. Kemudian ia menyapu dan mengepel kamarnya. Semua benda yang berantakan di meja belajar dirapikannya. Dengan puas ia memandang kamarnya. “Ternyata tidak butuh waktu lama, kok.”

Kemudian Ella duduk di meja belajar dan memperhatikan gambar-gambar dalam buku yang baru dipinjamnya.

“Aku harus mencari tusuk sate untuk membuat badan boneka. Untuk kainnya aku masih punya perca kain batik. Untuk matanya digambar pakai spidol atau manik-manik, ya?” Ella berpikir keras.

suara, “Selamat sore, sedang apa Ella?”

Duuuk. Hampir saja jantung Ella copot. Itu kan suara Bu Irene, wali kelasnya.

Ella bangkit dan menghampiri Bu Irene. Tante Silvia dan Mama juga berdiri di ambang pintu.

“Selamat sore, Bu,” Ella menyalami Bu Irene dengan hormat. Dalam hati Ella sangat bersyukur kamarnya sudah rapi. Kalau kamarnya masih berantakan dan Bu Irene datang bukan hanya Ella yang malu, tetapi Mama juga.

“Bu Irene mendadak mau ikut,” Tante Silvia menjelaskan.

Setelah bercakap-cakap sebentar,ketiga ibu itu pergi. Ella segera menelpon Yudit.

“Yudit, terima kasih, ya. Bu Irene mendadak datang. Kalau tadi kamu tidak bercerita soal rumah Bu Min yang rapi, kamarku pasti masih berantakan,” kata Ella.

Setelah selesai bertelepon pun, Ella masih merasakan semangat dan sukacita di dalam hatinya. Apakah kamu juga merasa bersemangat dan bersukacita yang baik?

Artikel bersumber dari : Majalah Anak

Posted in Cerita Alkitab, Cerita Sekolah Minggu, Sekolah Minggu
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,386 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.