TAKUT

TAKUT

by : Sekolah Minggu

“Aku akan pergi ke dokter gigi sore ini,” kata Katy kepada teman-temannya.

“Dokter gigi? Wah… menyeramkan!” kata Alice.

“Pasti sakit” sahut Charles.

“O ya?” tanya Katy.

“Akan ada jarum-jarum, banyak jarum”, sambung Charles. “Bagaimana jika dokter menyabut semua gigimu?”

Mata Katy melebar mendengar perkataan Charles.

“Tidak, tidak mungkin”. Katty menggeleng-gelengkan kepalanya. “Dokter gigi orang yang baik. Aku tau karena kakekku dokter gigi. AKu memang tidak pernah pergi ke kantornya tetapi dia bilang itu tidak menakutkan. Dan aku anak yang berani, mamaku selalu berkata seperti itu.”

Katy membalikkan badan dan berjalan pulang untuk makan siang.

“Tunggu Katy”, kata Charles “apakah kamu mau mendengar ceritaku di dokter gigi?”

Katy tetap berjalan pulang.

Setelah makan siang, Katy menggosok giginya lebih lama dari biasanya. “Bagus sekali, Katy”, kata mama. “Nah, sekarang kita pergi ke kantor kakek.”

Dalam perjalanan, Katy mulai merasa aneh. Ketika melewati sekolah, Katy sadar tangannya mulai berkeringat. Ketika mereka melewati supermarket, perutnya mulai terasa mulas. Dan ketika mereka masuk ke tempat parker kantor kakek, Katy merasa takut.

“Aku tidak mau masuk,” kata Katy. “Aku tidak mau gigiku diperiksa.”

“Bukankah kamu ingin bertemu dengan kakek?” tanya mama.

“Iya sih, tapi bagaimana kalau ternyata sakit? Kata Charles sakit.”

“Tidak akan sakit kalau hanya diperiksa giginya, lagipula kamu kan anak yang pemberani”, kata mama lagi.

“Aku berani” kata Katy dalam hatinya sementara mereka masuk dalam kantor kakek.

“Halo Katy”, kata Becky, asisten kakek.

Katy tidak dapat bicara karena itu dia hanya tersenyum saja.

Becky membawa Katy masuk ruang periksa, menolongnya duduk di kursi periksa. Katy melihat ke sekeliling ruangan dan dia melihat ada banyak laci.

“Aku akan melihat apa yang ada di dalamnya”, pikir Katy. Dia menarik salah satu laci tersebut. Dan betapa terkejutnya dia karena dia melihat ada banyak jarum.

Bammm. Katy menutup laci itu. Tetapi kaos yang dipakainya terjepit di laci, dan akibatnya ketika Katy membalikkan badan, laci itu terbuka kembali dan jarum-jarum berhamburan.

“Oh tidak”, kata Becky melihat apa yang terjadi.

“Maafkan aku”, kata Katy dengan suara perlahan dan mulai menangis.

“Tidak apa-apa”, sahut Becky, sambil membereskan jarum-jarum yang berantakan.

“Kadangkala aku juga merasa takut ketika gigiku harus diperiksa. Sekarang duduklah dengan tenang di kursi, dan kakekmu akan tiba segera.”

Tetapi Katy sangat gugup. Dia tidak dapat duduk dengan tenang. Dia menekan sebuah tombol, udara menyemprot ke wajahnya. Lalu dia menekan tombol yang lain, dan sekarang air yang menyemprot ke wajahnya.

Pintu kemudian terbuka dan masuklah dua orang yang memakai masker wajah dan sarung tangan.

“Tolong”, kata Katy, “Di mana kakekku?”

“Ini kakek, Katy”, kata Kakek, sambil menurunkan maskernya. Kakek memeluk Katy. “Kakek memakai masker dan sarung tangan supaya melindungi orang lain dari kuman. Apakah engkau takut, Katy?”

“Tidak”, sahut Katy pelan.

“Bagus sekali. Kalau begitu buka mulutmu lebar-lebar ya… dan kita akan memeriksa gigimu”, Kakek memasukkan cermin kecil ke dalam mulut Katy.

Katy bisa melihat giginya di bayangan kacamata kakek. Ternyata tidak sakit, pikir Katy.

Kakek menurunkan cermin kecilnya dan mengambil sebuah alat yang terlihat seperti seekor ular berwarna abu-abu.

“Apa itu?” teriak Katy.

Kakek meletakkan alat itu kembali ke tempatnya dan memegang tangan Katy. “Nah sekarang beritahu kakek dengan jujur, apakah kamu sedikit takut?”

“Iya, sedikit, hanya sedikit”, kata Katy. Kemudian dia mulai menangis. “Aku sudah mencoba untuk berani tetapi ternyata aku seorang anak yang penakut.”

“Kamu sangat berani”, kata Kakek. “Sulit sekali untuk melakukan sesuatu hal yang membuat kita takut. Dan lebih sulit lagi untuk memberitahu orang lain bahwa kamu takut. Tetapi kamu berani melakukannya. Kakek sangat bangga ekpadamu”.

“Sungguh?” kata Katy.

“Tentu saja”, kata Kakek sambil tersenyum lebar dan Katy bisa melihat giginya yang bersih dan bersinar.

“Jika aku membiarkan gigiku dibersihkan, apakah akan menjadi bersih dan bersinar seperti gigi kakek?” tanya Katy.

Kakek mengangguk dan jika kakek memberitahu kamu apa saja yang akan kakek lakukan, apakah kamu akan merasa lebih baik?” Katy mengangguk.

“Kalau begitu, ayo kita mulai”, kata Kakek.

Setelah Kakek selesai dengan gigi Katy, pintu terbuka. Charles dan Alice masuk ke dalam kantor.

“Apakah kamu baik-baik saja Katy? Kami datang untuk menyelamatkanmu”.

“Menyelamatkan aku?” tanya Katy dengan heran.

Kakek tertawa terbahak-bahak.

“Aku baik-baik saja”, kata Katy. “Lihat, betapa bersih dan bersinarnya gigiku bukan? Katy tersenyum lebar sehingga teman-temannya dapat melihat giginya yang bersih dan bersinar.

Charles dan Alice melihat dengan teliti.

“Ooooohhh” gumam Alice.

“Sakit tidak?” tanya Charles.

“Sama sekali tidak sakit”, kata Katy. “Kakek, apakah kakek bisa menunjukkan semprotan udara dan airnya kepada mereka?”

“Tentu saja. Dan karena kalian berdua sudah berada di sini, maka kita periksa sekaligus gigi kalian”.

 

Artikel bersumber dari : Majalah Anak

Posted in Cerita Alkitab, Cerita Sekolah Minggu
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,386 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.