Tamu Yang Menyenangkan
by : Sekolah Minggu
Petang itu Riki sibuk membuat PR, “Heran, mengapa guru-guru suka memberikan PR yang banyak?” pikir Riki. Bila sudah selesai, ia akan bermain ke rumah Herman, tetangganya. Siapa tahun Herman punya game baru.
“Kriiiiing!” tiba-tiba telpon berbunyi. “Huh, siapa yang menelpon. Mengganggu aku saja!” keluh Riki dalam hati.
Ternyata Papa yang menelpon. Katanya teman Papa, Pak Anton akan datang. Jadi Riki harus menyambutnya, menyediakan minum, memberikan koran dan majalah supaya Pak Anton bisa membaca sambil menunggu Papa pulang dari kantor.
“Ada-ada saja. Kalau PR-ku selesai, aku tidak bisa main ke rumah Herman dong!” pikir Riki agak kesal. Tetapi, mau apa lagi. Kembali Riki mengerjakan PR-nya. Tepat ketika PR selesai dan Riki memasukkan buku-buku ke dalam tas, terdengar bel berbunyi: “Diiing dooong, diiing, dooong!”
Riki keluar dan membukakan pintu untuk Pak Anton. Seorang pria sebaya Papa berpakaian rapi tersenyum ramah dan menanyakan nama Riki.
“Oom Anton, Papa belum pulang. Tetapi katanya Oom tunggu saja!” sambut Riki.
Riki menyediakan minuman dan majalah. Oom Anton mengucapkan terima kasih. Ketika itulah Herman datang.
“PR-mu sudah selesai belum, Ki?” tanya Herman.
“Sudah, tadinya aku mau main ke rumahmu. Tetapi…!” Riki tidak jadi melanjutkan kalimatnya.
“Wah, maaf, ya, kedatangan Oom mengganggu. Teman Riki ini siapa namanya ya?” kata Oom Anton.
“Herman, Oom!” jawab Herman.
“Nah, kalian berdua duduk di sini. Kalian boleh bertanya apa saja. Oom akan menjawab, dan Oom jamin kalian tidak akan menyesal!” kata Oom Anton. Riki mengernyitkan dahi dan berputar pandang dengan Herman.
“Maaf, Oom ini pekerjaannya apa?” tanya Herman ingin tahu.
“Oooh, Oom ini seorang guru, tetapi masih belajar jadi murid yang baik!” jawab Oom Anton santai.
“Mata pelajaran apa, Oom?” tanya Riki penasaran.
“Semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang bisa membuat orang bahagia dan berhasil!” jawab Oom Anton. “Jadi kalian bisa tanya apa saja!”
Herman jadi bersemangat.
“Oom, mengapa guru suka memberikan PR yang banyak?” tanya Herman.
“Gunanya PR adalah untuk mengulangi apa yang sudah diajarkan. Jadi Guru bisa tahu murid sudah mengerti apa yang sudah diajarkan atau belum!” jawab Oom Anton. “Jadi kalau ada PR, kerjakan saja setelah pulang sekolah, jangan tunggu sore atau malam hari. Itu akan lebih mudah. Karena kita kan masih ingat apa yang diajarkan di sekolah. Kalau mata sudah mengantuk, membuat PR menjadi tugas yang berat.”
Herman dan Riki mengangguk.
“Oom, mengapa ada guru yang galak dan ada guru yang baik?” tanya Riki.
“Di dunia ini ada berbagai macam tipe orang. Murid juga ada yang berani, ada yang pemalu, ada yang pendiam, ada yang banyak bicara. Karakter guru juga bermacam-macam. Tetapi setiap guru ingin muridnya berhasil. Jadi guru yang galak juga akan baik kepada anak-anak yang memperhatikan pelajarannya, bersungguh-sungguh belajar, selalu membuat PR!” jawab Oom Anton.
“Oom, mengapa guru suka memisahkan murid yang duduk sebangku dengan sahabatnya? Kan lebih enak kalau setiap murid duduk sebangku dengan sahabatnya!” tanya Herman lagi.
“Kamu memang betul. Lebih enak kalau sahabat kita berada di sebelah kita. Sebetulnya tidak ada peraturan yang melarang kita duduk sebangku dengan sahabat kita. Hanya kadang-kadang murid yang duduk sebangku dengan sahabatnya cenderung suka mengobrol atau bertukar surat. Dan itu mengganggu konsentrasi belajar murid. Kalau merugikan murid, terpaksa guru bertindak memisahkan dua sahabat itu!” jawab Oom Anton.
“Oom mata pelajaran apa yang paling penting?” tanya Riki.
“Semua mata pelajaran penting! Tetapi, yang terpenting adalah pelajaran agama Kristen. Pelajaran itu harus langsung kita praktekkan. Tuhan Yesus mengasihi, ya kita juga mengasihi orang lain. Tuhan Yesus suka menolong orang, ya kita juga harus suka menolong orang. Benar tidak?” kata Oom Anton sambil tersenyum.
Wah, asyik juga bercakap-cakap dengan Oom Anton. Ketika ayah Riki pulang, maka Riki dan Herman pergi ke rumah Herman.
“Berbicara dengan Oom Anton itu menyenangkan. Wah, kita lupa tanya Oom Anton itu mengajar di SD mana? Dan kenapa tadi dia bilang dia masih belajar jadi murid yang baik. Murid apa?” tanya Herman pada Riki. Riki mengangkat bahu dan kemudian berkata, “Nanti kutanyakan pada Papa!” Malam hari Riki bertanya Oom Anton itu mengajar di SD mana dan mengapa dia masih belajar jadi murid yang baik? Papa tertawa.
“Oom Anton itu bukan guru SD. Dia itu pendeta. Memang dia mengajar jemaat, tetapi dia juga masih belajar jadi murid Yesus yang baik. Bukankah kita juga harus selalu belajar jadiĀ murid Yesus yang baik?” jawab Papa. Riki mengangguk.
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply