BERSYUKURLAH
BY : Sekolah Minggu
“Ko, papa dan mamaku ke luar kota lagi. Bolehkah besok aku menginap di rumahmu?” tanya Soni pada Koko waktu istirahat sekolah. Bagaikan disambar petir, Koko melongo. Sony mau menginap di rumahnya?
Dua minggu lalu ia menginap di rumah Soni, tidur di kamar yang luas dengan tempat tidur besar dan ber-AC. Di kamar ini Soni juga ada meja belajar, rak buku, televisi, dan komputer. Apa iya Soni mau menginap di kamar Koko yang sempit tanpa AC dan televisi, dan tidur di tempat tidur sorong yang kecil?
“Hai, boleh atau tidak? Kok, kamu kelihatan bingung, sih?” tanya Soni lagi.
“Oooh, tentu saja boleh, Son. Aku hanya heran, kok, kamu mau menginap di rumahku? Kamu kan sudah lihat kamarku yang sempit dan sederhana.”
“Ah, itu tidak masalah,” jawab Soni. “Aku sudah minta izin pada orangtuaku. Mereka mengizinkan, tetapi satu malam saja.”
Koko baru akrab dengan Soni sekitar dua bulan terakhir. Ketika itu Soni kelabakan membuat PR Matematika. Guru les yang biasanya mengajarinya sakit. Ia minta tolong pada Herman, temannya. Herman memberikan nomor telepon Koko, karena katanya Koko pintar dan baik.
Meskipun ragu Soni memberanikan diri menelepon Koko. Maukah Koko menolongnya? Walaupun sekelas, mereka tidak bergaul.
Di luar dugaan Koko segera datang ke rumah Soni. Ia menjelaskan PR Matematika tersebut sampai Soni benar-benar mengerti. Sejak itu Soni berteman dengan Koko.
Dua minggu yang lalu papa dan mama Soni pergi bisnis ke Singapura. Soni mengajak Koko menginap di rumahnya.
Tidur di rumah bagus, makan makanan restoran, memiliki pembantu yang bisa disuruh ini itu, dan sebagainya membuat Koko berkhayal.
“Duh, senangnya hidup seperti Soni. Mengapa Tuhan tidak memberikan aku kehidupan seperti Soni? Jangan-jangan ayah dan ibu kurang berusaha cari uang yang banyak, sudah puas jadi guru sekolah.”
Memang ayah dan ibu Koko adalah guru sekolah. Koko punya seorang adik perempuan yaitu Titi.
Keesokkan harinya bersama Koko, Soni ke rumah Koko untuk menginap. Di rumah Koko mereka makan. Soni makan dengan lahap sehingga Koko merasa senang dan lega.
“Wah , sudah lama aku tidak makan seenak ini,” komentarnya.
“Bukankah makanan restoran lebih lezat?” tanya Koko heran.
“Ah, aku sudah bosan. Ini enak sekali. Ibumu pandai memasak, ya,” kata Soni.
Malam harinya setelah makan malam, ayah Koko menanyakan apakah anak-anak kesulitan membuat PR. Koko dan Soni sudah membuat PR. Titi menanyakan pelajaran bahasa Indonesia tentang perbedaan antara kalimat aktif dan pasif.
Ayah Koko menjelaskannya, “Saya memukul anjing, itu kalimat aktif. Ada awalan me- di depan kata kerja. Kalau Anjing dipukul saya, itu kalimat pasif. Ada awalan di- di depan kata kerja. Kalau Saya dipukul anjing itu mustahil, kalau Saya digigit anjing itu bisa.“
Anak-anak tertawa mendengar penjelasan ayah Koko. Jam 20.30 mereka mulai kebaktian singkat. Setelah menyanyi satu lagu, Koko berdoa, lalu Ibu membaca firman Tuhan dari buku renungan. Setelah itu Ayah berdoa lagi, mendoakan mereka satu per satu.
Selesai berdoa Ayah berkata, “Ayo sekarang saatnya kita bersyukur untuk berkat istimewa yang kita terima dari Tuhan hari ini.”
Ayah berkata bahwa ia bersyukur salah seorang muridnya menang dalam lomba Matematika se-DKI. Ibu berkata, tadi waktu pulang dari mengajar ia bertemu teman sekolahnya di SMU dulu. Ibu bersyukur karena bisa bersaksi kepadanya tentang Tuhan Yesus. Titi berkata bahwa dia senang dapat hadiah bando dari seorang temannya. Koko berkata bahwa ia senang Soni mau menginap di rumah mereka. Dan berkata ia menikmati masakan Ibu yang sangat enak.
Di kamar, sambil berbaring di tempat tidur sorong yang sempit, Soni berkata, “Kamu beruntung sekali, Ko, memiliki keluarga dan kehidupan seperti ini. Aku jarang bertemu orangtuaku. Mereka sering pulang waktu aku sudah tidur. Pagi hari ketika aku berangkat sekolah, mereka masih mengantuk.”
“Aku pikir kamu yang beruntung. Aku pernah mengeluh kenapa Ayah dan Ibu tidak cari uang lebih banyak supaya bisa kaya seperti keluargamu,” Koko berterus terang.
Soni tertawa. “Ah, kita ini kurang bersyukur pada Tuhan. Kita mengingini apa yang dimiliki orang lain,” kata Soni, “dan tidak merasakan bahwa Tuhan juga memberikan kita banyak hal yang bagus.”
“Iya! Kamu tahu? Kedatanganmu menjadi berkat, membuat aku sadar untuk menerima keadaan dan bersyukur pada Tuhan untuk semua hal baik yang Tuhan berikan pada keluargaku,” Koko mengakui, lalu ia menguap.
Kedua anak itu pun tidur.
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply