DINI BERUBAH
by : Sekolah Minggu
Dini sedikit kecewa melihat Maria yang sengaja menghindari dia. Dini kemudian melihat ke sekitar kelas. Masih ada Renata yang sedang duduk diam. Entah apa yang dipikirkannya. Dini mengambil bekal makanan yang sudah disiapkan Mama lalu menawarkannya kepada Renata.
Renata kaget dan langsung menolaknya. “Nggak apa-apa, kok. Kita makan bareng, yuk!” Renata menggeleng.
“Sebenarnya kamu mau apa? Tumben kamu nggak main sama gengmu. Nggak biasanya kamu diam di kelas,” semprot Renata. Dini hanya tersenyum.
“Ternyata kamu sangat memperhatikan aku, ya? Kamu orangnya begitu perhatian,” ujar Dini sambil tersenyum. Renata hanya mengernyitkan dahi.
“Aku nggak bermaksud mau menjahili kamu, kook. Nih, coba kuenya. Enak, deh!” Dini menyodorkan tempat bekalnya kepada Renata. Renata dengan enggan mengambilnya.
“Nah, begitu, dong! Kue ini enak sekali. Buatan mamaku. Aku sengaja bawa dua supaya aku bisa berbagi dengan seorang teman.”
Mata Renata terbelalak mendengar perkataan Dini. “Bagaimana kamu bisa berubah begini? Kamu kan egois, mau menangnya sendiri,” Renata penasaran.
Dini kemudian bercerita mengenai liburannya di tempa Paman Adi. Bagaimana dia mengerti arti Natal yang sebenarnya.
Renata hanya berdecak kagum mendengar cerita Dini. Ternyata, beberapa teman sekelas Dini sedang mengamat-amati perubahan dalam diri Dini. Mereka melihat Dini dan Renata bercengkerama tapi mereka belum mau mendekat.
“Nanti kita pulang bareng, ya?” ajak Dini. Renata mengangguk, pertanda dia menyetujui ide Dini.
Teman-teman yang lain memandang dengan pandangan yang aneh. Beberapa dari mereka ada yang berbisik-bisik. Dini tidak peduli. Yang penting, dia sudah memulai langkahnya meminta maaf pada Renata dan Renata mau memaafkannya. Bukan hanya itu, Renata mau menjadi temannya. Hati Dini begitu gembira.
Ternyata bersepeda pulang sekolah bersama teman begitu menyenangkan. Dia bisa bercanda dan bercerita.
Dini tak sabar untuk menceritakan kejadian di kelas kepada orang-orang di rumah. Sesampai di rumah, ia langsung mencari Kak Jefry dan Mama. Ternyata mereka sedang tidak ada di rumah. Berarti Dini harus menunggu sampai makan malam untuk bisa menceritakan semuanya. Dini merasa waktu berjalan begitu lambat. Lama sekali Dini menunggu orang-tua dan kakaknya pulang.
Saat makan malam, dengan semangat yang menggebu-gebu Dini menceritakan hari pertamanya di sekolah, di tahun yang baru. Mereka senang sekali mendengar cerita Dini. Papa mengingatkan, perubahan ini harus terus dilakukan. Jangan hanya sementara, Dini mengiyakan.
Malam itu Dini bersyukur kepada Tuhan karena memberikannya kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya. Ia bersyukur untuk Renata dan teman-teman yang ada di kelasnya. Walaupun mereka masih memandang Dini dengan pandangan yang kurang baik, Dini percaya, mereka akan melihat perubahan dalam diri Dini.
Hari-hari berikutnya Dini mulai mendekati teman-temannya satu per satu. Ia meminta maaf atas perlakuannya yang tidak baik selama ini. Di antara mereka ada yang memaafkan tapi ada yang masih meragukan perubahan dalam diri Dini. Dini hanya memperlakukan mereka seperti Dini memperlakukan dirinya sendiri. Dini tetap pada prinsipnya bahwa ia akan terus melakukan hal yang berguna apa pun yang terjadi.
Semakin hari semakin banyak teman yang menemani Dini bersepeda baik sewaktu pergi ke sekolah maupun pulang dari sekolah. Tak terasa, besok sudah hari minggu.
mempersiapkan dirinya. meminta maaf teman-teman sekolah minggunya. sekolah minggunya sekolah minggu meminta maaf kepada teman-temannya teman-temannya sekolah Minggu.
Dini mempersiapkan dirinya untuk ikut sekolah minggu. Sejak minggu yang lalu, Dini terus mendoakan teman-teman sekolah minggunya. Hari ini, dia berdiri di depan kelas dan meminta maaf kepada guru sekolah minggunya karena telah menjadi murid sekolah minggu yang sama sekali tidak patuh.
Ia juga meminta maaf kepada teman-temannya karena sering menjahili mereka, dia jahat kepada mereka, dan bersikap kurang baik. Bu Emma, guru sekolah minggu Dini, merasa bangga karena Dini mau berubah dan berani meminta maaf secara terbuka. Tidak banyak anak yang berbuat salah dan meminta maaf seperti itu, secara terbuka di kelas.
Hari itu hanya satu dua anak yang mau berteman dengan dia. Bagi Dini itu sudah cukup untuk sehari. Ia yakin, minggu depan temannya akan bertambah seperti yang terjadi di sekolahnya.
Dini terus berusaha menjadi seorang teman yang baik. Dengan begitu ia dapat menceritakan kebenaran Firman Tuhan kepada orang-orang di sekitarnya. Berteman adalah awal dari langkah Dini untuk mengabarkan Injil. Dini ingin teman-temannya bukan hanya melihat dirinya yang berubah tetapi ia ingin teman-temannya melihat siapa yang mengubahnya. Dini ingin teman-temannya mengenai Kristus yang telah mengubah dirinya.
Artikel bersumber dari : Majalah Anak
Leave a Reply