RUMAH RINI

RUMAH RINI

by : Sekolah Minggu

Tahun ajaran baru sudah berlangsung beberapa bulan, dan Rini baru masuk ke sekolah itu. Sekilas ia tampak biasa saja, agak pendiam.

Hari pertama Rini ke sekolah, Susan segera tertarik padanya. Susan bukan tertarik pada wajah atau sikap Rini, tetapi pada sepatu dan tas sekolahnya yang bermerek yang harganya mahal.

Ketika istirahat, Susan mengajak dua sahabatnya, Sandra dan Mirna, mendekati Rini.

“Aku Susan,” Susan memperkenalkan diri, “ini Sandra dan Mirna. Kami bertiga menamakan kelompok kami Okay Girls! Rumahmu di mana?”

Susan hampir tidak mempercayai pendengarannya ketika Rini menjawab, “Dekat pasar Gembrong. Di gang sempit yang di depannya ada kios tukang cukur.”

Setelah itu Susan dan kedua temannya pamit.

“Untung aku belum menawarkan dia masuk kelompok kita,” kata Susan.

Seminggu kemudian Rini sudah berteman dengan Tiara, anak tukang ojek yang bersekolah di sana karena mendapat beasiswa.

Suatu pagi ketika mobil Susan berhenti di depan gerbang sekolah, Susan melihat sebuah mobil mewah juga berhenti di muka mobilnya. Dan Rini turun dari mobil itu.

“Dia berbohong. Masa ke sekolah naik mobil mewah, sedangkan rumah di gang sempit di daerah kumuh,” kata Susan dalam hati. Karena penasaran, Susan berlari mengejar Rini.

“Siapa yang mengantarmu?” tanya Susan pada Rini.

“Ayahku. Kebetulan ada urusan harus lewat sini. Biasanya sih aku naik bis,” jawab Rini.

Susan makin tidak mengerti. Rini bagaikan sebuah teka-teki baginya.

Diam-diam Susan bertanya kepada Tiara, “Si Rini tinggal di mana?”

“Katanya di kompleks Intan,” jawab Tiara. “Mengapa?”

“Wah, itu kompleks perumahan mewah. Rumahnya besar-besar, rata-rata ada kolam renang dan satpamnya,” Susan menjelaskan.

Susan lalu merencanakan sesuatu. Ia menanyakan teman-temannya apakah mereka mau main ke rumah Rini di kompleks Intan.

“Kita bisa berenang di kolam renang rumahnya?” tanya Evi.

“Mungkin tidak lain kali ini,” jawab Susan.

“Rini tidak pernah cerita rumahnya di kompleks Intan. Anak itu rendah hati,” puji Eko.

Ada sepuluh anak yang mau ikut. Susan memberitahukan maksud mereka kepada Rini. Rini sangat terkejut.

“Nanti aku tanyakan ibuku dulu, ya,” kata Rini.

Keesokkan harinya Rini memberikan jawaban kepada Susan, “Maaf ya Susan, karena ruang tamu kami sempit, hanya lima orang yang bisa ke rumahku.”

“Oh, tidak apa-apa. Terima kasih karena kami boleh main ke rumahmu,” jawab Susan. Segera ia mengatur supaya lima orang saja yang ikut: dia sendiri, Sandra, Mirna, Eko, dan Evi.

Hari Sabtu siang sepulang sekolah, keenam anak itu masuk ke mobil Susan. Susan duduk di depan di samping supirnya.

“Ke kompleks Intan, Pak!” kata Susan.

“Bukan! Rumahku dekat pasar Gembrong!” kata Rini.

Sandra, Mirna, Eko, dan Evi terkejut dan saling berpandangan.

Akhirnya mobil menuju pasar Gembrong. Anak-anak itu beriringan masuk ke sebuah gang sempit dan masuk ke sebuah rumah petak kecil.

“Selamat datang!” sambut seorang wanita muda.

“Wah, Bibi sudah siapkan semua. Aku jadi merepotkan Bibi,” kata Rini.

“Ah, tidak repot. Ibumu yang memasak dan membawanya ke sini,” jawab wanita yang dipanggil Bibi itu. “Ada es buah juga di kulkas.”

Di sudut ruang tamu yang sempit ada sebuah meja. Di atasnya sudah tersedia nasi hangat, sayur asam, sambal terasi, tahu goreng, jambal asin, kerupuk, dan lalapan.

Anak-anak itu makan. Rini pamit ke dalam mau menyediakan es buah.

“Ayo, jangan malu-malu,” kata Bibi ramah.

“Terima kasih, Tante. Ibunya Rini mana?” tanya Susan.

“Sedang bekerja. Rini dan ayah ibunya tinggal di tempat kerja. Ayahnya jadi supir dan ibunya tukang masak di sana. Rumah ini ditempati saya dan keluarga saya,” jawab Bibi.

Anak-anak itu mengangguk-angguk.

“Kerjanya di kompleks Intan, Bi?” tanya Evi.

“Iya. Majikan mereka baik sekali. Rini suka dapat barang-barang bagus karena dia sebaya dengan cucu majikan,” cerita Bibi.

Sekarang semuanya jadi jelas. Setelah makan, anak-anak itu berpamitan.

Di mobil Evi berkata, “Susan, kamu berdusta! Kamu bilang rumah Rini di kompleks Intan!”

“Tiara bilang Rini tinggal di kompleks Intan. Rini bilang padaku rumahnya dekat pasar Gembrong. Karena aku pernah lihat dia turun dari mobil mewah dan memakai tas dan sepatu mahal kupikir Rini yang bohong,” Susan menjelaskan.

“Rumahnya memang dekat pasar Gembrong, tinggalnya di kompleks Intan. Kamu yang salah menyimpulkan,” kata Mirna.

“Sudahlah. Mau tinggal di mana kek, Rini itu tetap teman kita,” kata Eko.

“Ini pelajaran untuk kita. Harus hati-hati kalau bicara dan menilai sesuatu, supaya tidak jadi dusta,” kata Evi. “Tidak baik juga menilai orang dari benda-benda mahal yang dipakainya.”

Artikel bersumber dari : Majalah Anak

Posted in Cerita Alkitab, Cerita Sekolah Minggu
Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

5,386 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.